Blog
Mencegah Dan Menanggulangi Kebakaran
Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril maupun materiil. Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan kebakaran :
- Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali
- mencegah terjadinya kebakaran merupakan pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran.
- UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”.
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
- Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian, untuk memberantas kebakaran
- Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali.
- Pencegahan kebakaran mengandung dua pengertian yaitu (1) penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar tidak terjadi penyalaan api. (2) Penyalaan api sudah ada dan usaha pencegahan ditujukan agar api tetap terkendali.
- Pencegahan kebakaran menurut Kepmen No. 186/Men/1999 adalah mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi: (1) pengendalian setiap bentuk energi; (2) penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi; (3) pengendalian penyebaran asap, panas dan gas; (4) pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja, (5) penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala dan (6) memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
- Dari segi strategi pemadaman ada dua cara penting yang perlu diperhatikan yaitu (1) teknik dan (2) taktik pemadaman kebakaran.
- Teknik pemadaman kebakaran yaitu kemampuan mempergunakan alat dan perlengkapan pemadaman kebakaran dengan sebaik-baiknya. Agar menguasai teknik pemadaman kebakaran maka seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang penanggulangan kebakaran, bersikap positif terhadap penanggulangan kebakaran, terlatih dan terampil mempergunakan berbagai alat serta perlengkapan kebakaran.
- Taktik pemadaman kebakaran adalah kemampuan menganalisis situasi sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan kerugian yang lebih besar. Taktik ini terkait dengan analisis terhadap unsur-unsur pengaruh angin, warna asap kebakaran, material utama yang terbakar, lokasi dan lain sebagainya.
Penyebab Kebakaran
Berbagai sebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai : (1) kelalaian, (2) kurang pengetahuan, (3) peristiwa alam, (4) penyalaan sendiri, dan (5) kesengajaan.
1. Kelalaian
Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain sebagainya.
2. Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya.
3. Peristriwa alam
Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung meletus, gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya.
4. Penyalaan sendiri
Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya dari udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh: kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan.
5. Kesengajaan
Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya.
Segitiga Api
Api terjadi dari tiga unsur yaitu (1) bahan bakar, (2) Oksigen dan (3) panas. Bahan bakar yang mudah terbakar tersebut misalnya: kayu, kertas, karet, plastik dan lain sebagainya. Oksigen biasanya didapat dari udara. Udara mengandung 21 % oksigen suatu tempat dikatakan masih memiliki keaktifan pembakaran bila kadar oksigennya lebih dari 15 %. Sedang bila kurang dari 12 % tidak akan terjadi pembakaran.
Dasar dari system pemadaman api adalah merusak keseimbangan reaksi api. Hal ini dapat dilakukan dengan empat cara yaitu (1) memisahkan panas atau mendinginkan, Gambar 3.1.b, (2) mengisolasi yaitu memisahkan oksigen (udara), Gambar 3.1.c; (3) menguraikan yaitu memisahkan bahan bakar (Gambar 3.1.d) dan (4) merusak reaksi rantai api.
Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran dimaksudkan sebagai penggolongan atau pembagian jenis kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar yang terbakar. Pembagian atau penggolongan ini bertujuan agar diperoleh kemudahan dalam menentukan cara pemadamannya.
1. Klasifikasi di Indonesia
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per. 04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 Tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam)
(2) Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar
(3) Klas C: Instalasi listrik bertegangan
(4) Klas D: Kebakaran logam
2. Klasifikasi Eropa
Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu kepada Comite European de Normalisation sebagai berikut.
(1) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu
(2) Klas B: Bahan bakar cair. Contoh: bensin, solar, spiritus dan lain sebagainya
(3) Klas C: Bahan bakar gas. Contoh: LNG, LPG dan lain sebagainya
(4) Klas D: Bahan bakar logam. Contoh: magnesium, potasium dan lain sebagainya.
3. Klasifikasi Amerika National Fire Protection Association (NFPA)
(1) Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu
(2) Klas B: Bahan bakar cair atau yang sejenis
(3) Klas C: Kebakaran karena listrik
(4) Klas D: Kebakaran logam
4. Klasifikasi Amerika U.S. Coast Guard
(1) Klas A: Bahan bakar padat
(2) Klas B: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya: bensin, benzena dan lain sebagainya
(3) Klas C: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: ethanol, aceton dan lain sebagainya
(4) Klas D: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih besar atau sama dengan 170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya:minyak kelapa, minyak pendingin trafo dan lain sebagainya
(5) Klas E: Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih tinggi dari 170 derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: gliserin, etilin dan lain sebagainya
(6) Klas F: Bahan bakar logam misalnya: magnesium, titanium dan lain sebagainya
(7) Klas G: Kebakaran listrik.
Media Pemadam Api
Media pemadam api yang biasa digunakan adalah (1) air, (2) busa, (3) karbon dioksida, (4) gas halon serta pasca halon dan (5) serbuk kimia kering. Cara kerja dari ke lima media pemadam api tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Air
Air merupakan media pemadam api yang paling umum digunakan, karena air dipandang memiliki berbagai sifat yang baik untuk memadamkan api dan relatif mudah dan murah didapatkan dalam jumlah yang banyak. Pada kondisi normal air mempunyai panas laten penguapan 2250 kJ/kg. Dengan sifat ini maka air sangat mudah untuk mendinginkan api (memisahkan panas dari unsur api).
2. Busa (foam)
Busa atau foam terbentuk bila udara atau gas terjebak di dalam media cairan. Busa mempunyai efek menyelimuti dan mendinginkan api. Sebagai media pemadaman api busa dibuat dari campuran antara air, udara dan campuran busa.
3. Karbon dioksida
Karbon dioksida dipakai sebagai media memadamkan api karena sifatnya yang dapat mengganggu proses oksidasi pada bahan yang terbakar. Bila oksigen berkurang sampai kurang dari 15 % maka proses kebakaran akan berhenti. Karbon dioksida mempunyai sifat yang tidak konduktif maka bisa dipakai untuk kebakaran jenis C (listrik bertegangan), namun demikian tidak cocok untuk pemakaian kebakaran yang sudah meluas atau di tempat terbuka.
4. Gas halon
Halon merupakan keluarga dari senyawa halogenated hydrocarbon yang semua atau sebagian atom hidrogennya diganti dengan fluorine, chlorine atau bromine. Senyaea hidrocarbon yang paling sering digunakan adalah metane atau ethane. Material ini memadamkan api dengan cara menekan terjadinya reaksi rantai kebakaran. Sayang bahwa halon merusak atmosfer sehingga tidak dipergunakan lagi sebagai media pemadam kebakaran. Sebagai penggantinya dipakai gas pasca halon.
5. Bubuk kimia kering (dry chemical powder)
Bubuk kering dari zat kimia tertentu dapat memadamkan api. Zat kimia yang biasanya digunakan untuk ini adalah sodium, potasium atau urea bikarbonat. Namun dapat juga dipergunakan potassium chloride atau mono-ammonium phospat. Cara memadamkan api media ini adalah dengan isolasi, pendinginan, dan mengganggu proses reaksi rantai.
Sumber: proxsisgroup.com
Demikianlah pembahasan singkat mengenai Mencegah Dan Menanggulangi Kebakaran. Jika anda membutuhkan Drone Agrikultur, Pompa, Selang, Aksesoris Pemadam Kebakaran, Perbaikan, Maintenance dan Penyediaan Sparepart, silahkan menghubungi kami melalui:
Email: sales@swb.co.id
Telepon: +62 877 9019 6185/ +62 821 7174 8877 / +62 823 8678 7772 / Whatsapp